Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling berhubungan, dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal (faktor lingkungan).
Faktor internal meliputi faktor genetis (hereditas) dan faktor fisiologis individual yang bersifat spesifik. Dalam hal ini faktor fisiologis yaitu hormon.
Hormon tumbuhan sering disebut fitohormon. Tidak seperti pada hewan, pada tumbuhan tidak terdapat kelenjar hormon serta peredarannya. Hormon tumbuhan adalah suatu senyawa organic yang dibuat pada suatu bagian tumbuhan dan kemudian diangkut ke bagian lain, yang dengan konsentrasi rendah menyebabkan suatu dampak fisiologis. Hormon-hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan diantaranya adalah sebagai berikut.
Fungsi auksin adalah untuk mengatur pembesaran sel dan memacu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Pengaruh auksi lain adalah merangsang pembelahan sel-sel cambium, meningkatkan perkembangan bunga dan buah, merangsang perkembangan akar lateral, dan menyebabkan pembengkokan batang.
Penyebaran hormon auksin pada batang tidak merata sehingga menyebabkan pemanjangan sel juga tidak merata. Sel-sel yang mengandung lebih banyak hormon auksin berukuran lebih panjang dari pada yang mengandung sedikit hormon auksin. Akibatnya batang membengkok. Pembengkokan suatu batang yang diakibatkan oleh arah datangnya cahaya ternyata juga berhubungan dengan penyebaran hormon auksin. Batang yang terkena cahaya memiliki hormon auksin yang lebih sedikit, karena auksin mengalami kerusakan (terurai) jika terkena cahaya. Bagian batang yang tidak terkena cahaya mempunyai lebih banyak hormon auksin sehingga batang tersebut tumbuh lebih panjang daripada bagian yang kena cahaya. Akibatnya, batang membengkok menuju arah datangnya cahaya.
Peranan auksin yang lain diantaranya:
a) membentuk akar adventif pada tanaman yang dibiakan dengan stek
b) membentuk buah partenokarpi, yaitu pembentukan buah tanpa terjadi pembuahan, dapat dihasilkan secara buatan dengan cara memberi auksin pada putiknya; buah yang dihasilkan adalah buah tanpa biji
c) menghambat pertumbuhan tunas samping (lateral). jika suatu tunas ujung tanaman, misalnya tomat, kita pangkas, maka tunas-tunas yang ada di ketiak daun akan berkembang.
d) mempercepat terjadinya diferensiasi di daerah meristem dan daerah pengguguran (absisi) sehingga mencegah rontoknya daun, bunga, dan buah.
Hormon Giberelin merupakan hormon yang berfungsi sinergis (bekerja sama) dengan auksin. Giberelin ditemukan pada semua bagian tumbuhan misalnya pada pucuk batang, pada ujung akar, pada bunga, buah, dan terutama pada biji. Giberelin tidak menyebabkan pucuk (koleoptil) membengkok seperti pada auksin.
Fungsi giberelin:
a) merangsang pemanjangan batang. apabila giberelin diberikan pada tumbuhan kerdi, tumbuhan akan tumbuh normal kembali.
b) merangsang aktivitas enzim amylase dan proteinase yang berperan dalam mencerna cadangan makanan
c) merangsang pertumbuhan tunas yang dominan
d) menghilangkan dormansi biji untuk memacu perkecambahan
e) merangsang perbungaan dan pertumbuhan buah secara parthenogenesis.
Hormon Etilen adalah gas yang dikeluarkan terutama oleh buah yang sudah tua/matang. Jika buah tua diletakkan di tempat tertutup, maka buah akan cepat masak. Hal ini disebabkan buah tersebut mengeluarkan gas etilen yang mempercepat pemasakan buah, karena gas etilen sifatnya menyebar. Para pedagang sering memeram buah dengan gas etilen atau karbit agar cepat masak.
Selain berperan dalam pemasakan buah, etilen juga menyebabkan pertumbuhan batang menjadi tebal dan menahan pemanjangan batang, untuk menahan pengaruh angin. Kombinasi hormon etilen dengan hormon lain dapat memberikan efek yang menguntungkan. Misalnya, etilen dengan auksin dapat memacu pembungaan pada manga dan nanas. Kombinasi hormon etilen dengan giberelin dapat mengatur tumbuhnya bunga jantan dan bunga betina.
a) merangsang pembentukan akar dan batang serta pembentukan cabang akar dan batang dengan menghambat dominansi apikal
b) mengatur pertumbuhan daun dan pucuk
c) memperbesar daun muda
d) mengatur pembentukan bunga dan buah
e) menghambat proses penuaan dengan cara merangsang proses serta transporasi garam-garam mineral dan asam amino ke daun.
f) memacu perkembangan kloroplas dan pembentukan klorofil
g) mempertahankan kesegaran jaringan.
a) proses penuaan dan gugurnya daun
b) menghambat pembelahan dan pemanjangan sel
c) menunda pertumbuhan atau dormasni sehingga membantu tumbuhan bertahan dalam kondisi yang buruk
d) merangsang penutupan mulut daun pada musim kering sehingga mengurangi aktivitas transpirasi (penguapan)
e) membantu peluruhan daun pada musim kering sehingga tumbuhan tidak kekurangan air melalui transpirasi.
a) Rhizokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan akar.
b) Kaulokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan batang.
c) Filokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan daun.
d) Antokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan bunga.
Selain membentuk hormon-hormon, tumbuhan juga dapat membentuk vitamin seperti riboflavin (vitamin B12), asam askorbat (vitamin C), tiamin (vitamin B1), asam nikotinik, dan piridoksin (vitamin B6) yang dibentuk dalam daun. Fungsi vt=itamin pada tumbuhan diantaranya penting untuk pertumbuhan akar, sintesis koenzim dan pembentukan hormon tumbuhan.
Nutrien tumbuhan umumnya diambil dari dalam tanah dan dalam bentuk ion, dan beberapa diambil dari udara. Makronutrien, yaitu nutrisi yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah besar. Misalnya, C, O, H, N, S, P, K. Mikronutrien, yaitu nutrisi yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah sedikit. Misalnya, Fe, Clor, Tembaga, Mg, Seng, Molibdonum, boron, nikel.
Jika kebutuhan salah satu unsur tersebut tidak terpenuhi, proses metabolisme tubuh tumbuhan akan terhambat, dan hal ini akan mempengaruhi pertumbuhannya. Kekurangan Fe dan Mg misalnya, mengakibatkan klorosis, yaitu tumbuhan berwarna pucat dan akhirnya mati. Kekurangan fosforus dapat mengakibatkan daun memiliki bercak kemerahan, dan daun menjadi cepat rusak.
Selain berpengaruh terhadap fotosintesis, cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan setiap organ dan keseluruhan tumbuhan. Pengaruh cahaya yang paling nyata dapat diamati dengan membandingkan satu macam tumbuhan yang tumbuh pada keadaan gelap. Keadaan gelap berpengaruh terhadap bentuk luar tumbuhan dan laju perpanjangannya (ada hubungannya dengan hormon auksin). Tumbuhan yang diketakkan di tempat gelap akan tumbuh lebih cepat daripada yang diletakkan di tempat yang terkena cahaya. Akan tetapi, tumbuhan menjadi pucat karena kekurangan klorofil, kurus, dan daun tidak berkembang dengan kata lain tumbuhan tidak sehat. Tumbuhan seperti itu disebut mengalami etiolasi.
Intensitas cahaya cahaya dan lama penyinaran berpengaruh terhadap tumbuhan, terutama terhadap pertumbuhan vegetatif dan kegiatan reproduksi tumbuhan. Respon tumbuhan terhadap lama penyinaran yang bervariasi dinamakan fotoperiodisme. Respon ini dikendalikan oleh pigmen yang mengabsorspi cahaya, yaitu fitokrom.
Berdasarkan pengaruh lamanya siang, tumbuhan dibedakan menjadi:
1) Tumbuhan hari pendek, tumbuhan ini berbunga pada akhir musim panasJ atau musim gugur, pada saat matahari bersinar kurang dari 12 jam. Contohnya: aster, dahlia, stroberi, krisan, dan ubi jalar.
2) Tumbuhan hari panjang, merupakan tumbuhan yang berbunga pada musim semi dan awal musim panas, yaitu pada saat matahari bersinar selama lebih dari 12 jam, biasanya antara 14-16 jam sehari. Contohnya pada gandum, kentang, selada, bayam, bit, lobak, dan juga kol.
3) Tumbuhan hari sedang, tumbuhan yang akan berbunga jika mendapat penyinaran sekitar 12 jam sehari. Contoh: kacang dan tebu.
4) Tumbuhan hari netral, merupakan tumbuhan yang pembungaannya tidak tergantung pada panjang penyinaran, misalnya mawar, bunga matahari, anyelir, tomat, dan kapas.
Vernalisasi, yaitu perubahan tinggi rendahnya suhu yang berpengaruh terhadap perkecambahan biji. Termoperiodisme, yaitu kondisi pertumbuhan suatu jenis tumbuhan yang dipengarui oleh perbedaan suhu pada siang dan malam. Tanaman tomat akan tumbuh baik jika suhu siang 26 derajat dan suhu malam 20 derajat. Pembentukan buah terjadi jika suhu malan 15 derajat dan tidak membentuk buah jika suhu malam 25 derajat.
1. Faktor internal
Faktor internal meliputi faktor genetis (hereditas) dan faktor fisiologis individual yang bersifat spesifik. Dalam hal ini faktor fisiologis yaitu hormon.
a. Genetis
Gen penentu pertumbuhan dan perkembangan terdapat di dalam sel. Sel merupakan kesatuan hereditas karena di dalamnya terdapat gen yang bertanggungjawab dalam pewarisan sifat keturunan atau hereditas. Gen juga berperan sebagai pembawa kode genetik untuk pembentukan protein, enzim, dan hormon. Enzim dan hormon ini mempengaruhi berbagai reaksi metabolisme di dalam tubuh untuk mengatur dan mengendalikan pertumbuhan. Pola pertumbuhan dan perkembangan dikendalikan oleh gen. (Syamsuri, dkk, 2007: 6)b. Hormon
Hormon tumbuhan sering disebut fitohormon. Tidak seperti pada hewan, pada tumbuhan tidak terdapat kelenjar hormon serta peredarannya. Hormon tumbuhan adalah suatu senyawa organic yang dibuat pada suatu bagian tumbuhan dan kemudian diangkut ke bagian lain, yang dengan konsentrasi rendah menyebabkan suatu dampak fisiologis. Hormon-hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Auksin
Fungsi auksin adalah untuk mengatur pembesaran sel dan memacu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Pengaruh auksi lain adalah merangsang pembelahan sel-sel cambium, meningkatkan perkembangan bunga dan buah, merangsang perkembangan akar lateral, dan menyebabkan pembengkokan batang.
Penyebaran hormon auksin pada batang tidak merata sehingga menyebabkan pemanjangan sel juga tidak merata. Sel-sel yang mengandung lebih banyak hormon auksin berukuran lebih panjang dari pada yang mengandung sedikit hormon auksin. Akibatnya batang membengkok. Pembengkokan suatu batang yang diakibatkan oleh arah datangnya cahaya ternyata juga berhubungan dengan penyebaran hormon auksin. Batang yang terkena cahaya memiliki hormon auksin yang lebih sedikit, karena auksin mengalami kerusakan (terurai) jika terkena cahaya. Bagian batang yang tidak terkena cahaya mempunyai lebih banyak hormon auksin sehingga batang tersebut tumbuh lebih panjang daripada bagian yang kena cahaya. Akibatnya, batang membengkok menuju arah datangnya cahaya.
Peranan auksin yang lain diantaranya:
a) membentuk akar adventif pada tanaman yang dibiakan dengan stek
b) membentuk buah partenokarpi, yaitu pembentukan buah tanpa terjadi pembuahan, dapat dihasilkan secara buatan dengan cara memberi auksin pada putiknya; buah yang dihasilkan adalah buah tanpa biji
c) menghambat pertumbuhan tunas samping (lateral). jika suatu tunas ujung tanaman, misalnya tomat, kita pangkas, maka tunas-tunas yang ada di ketiak daun akan berkembang.
d) mempercepat terjadinya diferensiasi di daerah meristem dan daerah pengguguran (absisi) sehingga mencegah rontoknya daun, bunga, dan buah.
2) Giberelin
Hormon Giberelin merupakan hormon yang berfungsi sinergis (bekerja sama) dengan auksin. Giberelin ditemukan pada semua bagian tumbuhan misalnya pada pucuk batang, pada ujung akar, pada bunga, buah, dan terutama pada biji. Giberelin tidak menyebabkan pucuk (koleoptil) membengkok seperti pada auksin.
Fungsi giberelin:
a) merangsang pemanjangan batang. apabila giberelin diberikan pada tumbuhan kerdi, tumbuhan akan tumbuh normal kembali.
b) merangsang aktivitas enzim amylase dan proteinase yang berperan dalam mencerna cadangan makanan
c) merangsang pertumbuhan tunas yang dominan
d) menghilangkan dormansi biji untuk memacu perkecambahan
e) merangsang perbungaan dan pertumbuhan buah secara parthenogenesis.
3) Etilen
Hormon Etilen adalah gas yang dikeluarkan terutama oleh buah yang sudah tua/matang. Jika buah tua diletakkan di tempat tertutup, maka buah akan cepat masak. Hal ini disebabkan buah tersebut mengeluarkan gas etilen yang mempercepat pemasakan buah, karena gas etilen sifatnya menyebar. Para pedagang sering memeram buah dengan gas etilen atau karbit agar cepat masak.
Selain berperan dalam pemasakan buah, etilen juga menyebabkan pertumbuhan batang menjadi tebal dan menahan pemanjangan batang, untuk menahan pengaruh angin. Kombinasi hormon etilen dengan hormon lain dapat memberikan efek yang menguntungkan. Misalnya, etilen dengan auksin dapat memacu pembungaan pada manga dan nanas. Kombinasi hormon etilen dengan giberelin dapat mengatur tumbuhnya bunga jantan dan bunga betina.
4) Sitokinin
Sitonkinin adalah hormon yang berperan dalam pembelahan sel (sitokinesis). Fungsi sitokinin adalah:a) merangsang pembentukan akar dan batang serta pembentukan cabang akar dan batang dengan menghambat dominansi apikal
b) mengatur pertumbuhan daun dan pucuk
c) memperbesar daun muda
d) mengatur pembentukan bunga dan buah
e) menghambat proses penuaan dengan cara merangsang proses serta transporasi garam-garam mineral dan asam amino ke daun.
f) memacu perkembangan kloroplas dan pembentukan klorofil
g) mempertahankan kesegaran jaringan.
5) Asam Absisat (ABA)
Hormon ini menghambat pertumbuhan. Secara umum fungsi hormon asam absisat adalah:a) proses penuaan dan gugurnya daun
b) menghambat pembelahan dan pemanjangan sel
c) menunda pertumbuhan atau dormasni sehingga membantu tumbuhan bertahan dalam kondisi yang buruk
d) merangsang penutupan mulut daun pada musim kering sehingga mengurangi aktivitas transpirasi (penguapan)
e) membantu peluruhan daun pada musim kering sehingga tumbuhan tidak kekurangan air melalui transpirasi.
6) Asam Traumalin
Hormon Asam traumalin merupakan hormon yang berperan dalam proses regenerasi sel apabila tumbuhan mengalami kerusakan jaringan (terluka). Jaringan akan membentuk kalus (jaringan yang belum terdiferensiasi) pada jaringan yang rusak atau terluka tersebut.7) Kalin
Hormon Kalin merupakan hormon yang berperan dalam proses organogenesis (pembentukan organ) tumbuhan. Berdasarkan organ yang dibentuk, kalin dikelompokkan sebagai berikut.a) Rhizokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan akar.
b) Kaulokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan batang.
c) Filokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan daun.
d) Antokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan bunga.
Selain membentuk hormon-hormon, tumbuhan juga dapat membentuk vitamin seperti riboflavin (vitamin B12), asam askorbat (vitamin C), tiamin (vitamin B1), asam nikotinik, dan piridoksin (vitamin B6) yang dibentuk dalam daun. Fungsi vt=itamin pada tumbuhan diantaranya penting untuk pertumbuhan akar, sintesis koenzim dan pembentukan hormon tumbuhan.
2. Faktor Eksternal
a. Makanan (nutrisi) dan Air
Nutrien tumbuhan umumnya diambil dari dalam tanah dan dalam bentuk ion, dan beberapa diambil dari udara. Makronutrien, yaitu nutrisi yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah besar. Misalnya, C, O, H, N, S, P, K. Mikronutrien, yaitu nutrisi yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah sedikit. Misalnya, Fe, Clor, Tembaga, Mg, Seng, Molibdonum, boron, nikel.
Jika kebutuhan salah satu unsur tersebut tidak terpenuhi, proses metabolisme tubuh tumbuhan akan terhambat, dan hal ini akan mempengaruhi pertumbuhannya. Kekurangan Fe dan Mg misalnya, mengakibatkan klorosis, yaitu tumbuhan berwarna pucat dan akhirnya mati. Kekurangan fosforus dapat mengakibatkan daun memiliki bercak kemerahan, dan daun menjadi cepat rusak.
b. Cahaya
Selain berpengaruh terhadap fotosintesis, cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan setiap organ dan keseluruhan tumbuhan. Pengaruh cahaya yang paling nyata dapat diamati dengan membandingkan satu macam tumbuhan yang tumbuh pada keadaan gelap. Keadaan gelap berpengaruh terhadap bentuk luar tumbuhan dan laju perpanjangannya (ada hubungannya dengan hormon auksin). Tumbuhan yang diketakkan di tempat gelap akan tumbuh lebih cepat daripada yang diletakkan di tempat yang terkena cahaya. Akan tetapi, tumbuhan menjadi pucat karena kekurangan klorofil, kurus, dan daun tidak berkembang dengan kata lain tumbuhan tidak sehat. Tumbuhan seperti itu disebut mengalami etiolasi.
Intensitas cahaya cahaya dan lama penyinaran berpengaruh terhadap tumbuhan, terutama terhadap pertumbuhan vegetatif dan kegiatan reproduksi tumbuhan. Respon tumbuhan terhadap lama penyinaran yang bervariasi dinamakan fotoperiodisme. Respon ini dikendalikan oleh pigmen yang mengabsorspi cahaya, yaitu fitokrom.
Berdasarkan pengaruh lamanya siang, tumbuhan dibedakan menjadi:
1) Tumbuhan hari pendek, tumbuhan ini berbunga pada akhir musim panasJ atau musim gugur, pada saat matahari bersinar kurang dari 12 jam. Contohnya: aster, dahlia, stroberi, krisan, dan ubi jalar.
2) Tumbuhan hari panjang, merupakan tumbuhan yang berbunga pada musim semi dan awal musim panas, yaitu pada saat matahari bersinar selama lebih dari 12 jam, biasanya antara 14-16 jam sehari. Contohnya pada gandum, kentang, selada, bayam, bit, lobak, dan juga kol.
3) Tumbuhan hari sedang, tumbuhan yang akan berbunga jika mendapat penyinaran sekitar 12 jam sehari. Contoh: kacang dan tebu.
4) Tumbuhan hari netral, merupakan tumbuhan yang pembungaannya tidak tergantung pada panjang penyinaran, misalnya mawar, bunga matahari, anyelir, tomat, dan kapas.
c. Suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap kerja enzim, sehingga suhu juga berpengaruh terhadap fisiologi suatu tumbuhan. Jika suhu terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menghambat proses tersebut. Suhu optimum untuk pertumbuhan adalah 10-38 derajat Celcius. Umumnya tumbuhan tidak tumbuh pada suhu di bawah 0 derajat Celcius dan di aras 45 derajat Celcius.Vernalisasi, yaitu perubahan tinggi rendahnya suhu yang berpengaruh terhadap perkecambahan biji. Termoperiodisme, yaitu kondisi pertumbuhan suatu jenis tumbuhan yang dipengarui oleh perbedaan suhu pada siang dan malam. Tanaman tomat akan tumbuh baik jika suhu siang 26 derajat dan suhu malam 20 derajat. Pembentukan buah terjadi jika suhu malan 15 derajat dan tidak membentuk buah jika suhu malam 25 derajat.
Posting Komentar untuk "Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan"